Lost in Space – VFX by Imagine Engine
Serial televisi besar membutuhkan banyak orang untuk membuatnya, termasuk juga untuk bagian visual effect. Serial seperti Game of Thrones atau Stranger Things bisa terwujud berkat ratusan kru VFX Artist dari berbagai vendor.
Tapi, bagaimana jika anda menjadi salah satu artist untuk serial tv tersebut? Kali ini Cartoon Brew bisa berbincang dengan kru VFX Lost in Space dari Imagine Engine. Serial Lost in Space dari Netflix ini didasarkan pada karya original tahun 1960 yang bercerita tentang keluarga Robinson yang terdampar di planet misterius setelah meninggalkan bumi.
Imagine Engine ditunjuk oleh VFX Supervisor Jabbar Raisani dan VFX Producer Terron Pratt untuk mengerjakan beberapa sequence yang memperlihatkan robot dan environment planet. Kita akan membahas bagaimana sebuah VFX vendor bekerja untuk serial televisi, apa saja kontribusi mereka dalam storytelling dan bagaimana bisa mereka menyesuaikan deadline untuk setiap episode.
Netflix menghubungi Imagine Engine pada bulan September 2016. Walau studio ini akan mengerjakan adegan action, tugas pertama mereka bukanlah itu. “Awalnya, kami diminta untuk membuat sebuah konsep kupu-kupu alien”, kata Imagine Engine VFX Supervisor Joao Sita. “Itu bukanlah aset yang besar dalam film, tapi kami membuatnya dengan serius”. Kami punya waktu untuk membuat konsep-nya dan mereka (Netflix) sangat senang melihat antusiasme tim Imagine Engine.
Sequence pertama yang dikerjakan Imagine Engine mengisahkan tokoh Will Robinson saat bertemu dengan sebuah robot yang terjebak di hutan. Setelah sequence itu tayang sebagai episode pertama, tugas Imagine Engine menjadi semakin banyak. Dari tim yang sedikit, Imagine Engine akhirnya menambah tim mereka sampai berjumlah 70 orang. Syuting di mulai pada Januari 2017 dan berjalan selama 56 minggu dari awal hingga final delivery, tutur Imagine Engine VFX producer Cara Davies. “Kami membuat bagian hutan dan proses terbakarnya hutan, selain itu sequence pertarungan robot di dalam kapal juga kami yang kerjakan. Kedua CGI robot tersebut dibuat oleh rekan kami Rhytm & Hues.
Imagine Engine turut mengikuti proses syuting tersebut bahkan sampai di Vancouver dan lokais lain seperti inggris dan Klombia. Beberapa member juga dikirim langsung kesana untuk menangani VFX on the spot. Beberapa adegan film juga di ambil ketika musim sedang bersalju.
“Saya kira itu adalah musim paling dingin yang pernah saya lewati”, kata Imagine Engine environment supervisor Damien Thaller. “Kami membutuhkan stunt double untuk karakter robot dan peralatan mocap kami juga terbatas. Tangan saya terluka dan saya pikir akan kolaps di pagi hari, namun di ke-esokan hari, semuanya baik – baik saja”
Walaupun udara yang sangat dingin, kami harus menyelesaikan semuanya sesuai jadwal dan ini bukan hal yang selalu tercapai untuk serial – serial tv besar. Jika semua set syuting-nya belum sesuai dengan apa yang direncanakan, tim VFX Imagine Engine harus siap ditempat untuk merubahnya termasuk aset – aset CG.
“Awal mulanya kami akan melakukan syuting dengan pohon yang dibuat oleh tim”, jelas aset supervisor Barry Poon. “Setelah kita menaruh robot di atas tangkai pohon, kami pikir tidak masuk akal apabila robot bisa tersangkut di situasi seperti ini. Sehingga mereka dapat kembali kepada kami, dan meminta solusi”.
Imagine Engine juga harus bekerja secara cerdas dalam Lost in Space. Serial televisi seperti ini tidak memiliki budget sebesar layar lebar, padahal ada scene yang baru bisa di realisasikan dengan budget tinggi. Dalam film ini, sequence kebakaran hutan membutuhkan budget lebih, mengingat diperlukan adanya simulasi api berskala besar yang bisa di custom untuk medukung storytelling.
“Kami membuat aset CG pohon dan vegetasi sesuai dengan lokasi syuting”, kata FX supervisor Denys Shchukin. “Kami membuat library berisi aset api dan asap yang bergerak ke arah yang berbeda-beda, dari sana kami bisa menambahkan api di dalam shot-nya. Proses ini memakan waktu lebih cepat karena tidak memerlukan simulasi, kami juga bisa mengatur apinya sesuka kami tanpa harus memakan waktu render yang lama”.
Membuat animasi robot yang realis tidaklah mudah, Imagine Engine ditugaskan untuk menangani sequence terakhir dimana ada dua robot yang bertarung di dalam kapal. Netflix sangat terbuka sekali dengan ide kreatif yang kami sampaikan. “Kami membuat mock up dan previs adegan pertarungan itu dan menanyakan kepada mereka sejauh mana kami boleh menampilkan kekerasan” ungkap Sita. “Kami memulai adegan-nya dengan sangat sederhana, dan saya pikir kami pun tidak mau terlalu menampilkan kekerasan terlalu berlebihan dalam sebuah film keluarga”. Setelah previs diterima kami mencoba mencari angle kameranya.
Dalam cerita, robot pertama sudah berubah kedalam bentuk humanoid dan ingin menyerang Robinson yang sedang melarikan diri. Koneksi robot pertama dengan Will kembali terbentuk ketika robot kedua menyerang-nya. Pertarungan yang epic pun terjadi antar kedua robot itu. Dari storyline yang ada, Imagine Engine harus membuat bentuk besi yang leleh, disinilah riset diperlukan. Tim berinisiatif untuk membuat beberapa model dengan level kerusakan yang berbeda-beda
“Joao harus menjelaskan kepada klien seberapa penting bagian ini dan ini tidaklah murah”, kata Poon yang setidaknya membuat lima model robot dengan tingkat kerusakan yang berbeda-beda. “Untuk beberapa film lain, kami hanya melakukan-nya lewat compositing saja, tapi untuk Lost in Space kami menjelaskan kepada klien kalau kerusakannya harus dibuat realistis untuk memperkuat storytelling”.
Faktanya, detail oriented merupakan kelebihan Imagine Engine. Bagi saya dan tim, detail sangat diperlukan, apalagi ini adalah serial televisi dengan format 4K (serial televisi pada umumnya hanya 2K) “Gambarnya sangat tajam, tanpa adanya efek chromatic abberation yang bisa membuat semuanya blur”, kata Keegan Douglas selaku Imagine Engine compositing supervisor. “Tidak ada garis yang blur, semuanya sangat tajam”.
Hal ini juga merubah pipeline Imagine Engine dalam visual effect. iighting, effect dan rendering artist akan bekerja pada layar resolusi kecil dahulu sebelum membuat shot final-nya. “Ketika animasi disetujui, kami akan mencoba beberapa frame dengan resolusi besar.”, jelas Sita. “Kami tidak menyangka kalau ukuran 4k membutuhkan detail sebanyak ini, biasanya di 2k kami harus menggunakan beberapa trik untuk mempertajam gambar”.